KARYA JATI KLATEN.........To get the RIGHT FURNITURE you have to ask to the RIGHT PRODUCER

Karya Jati......dari Klaten menyapa Dunia

Dari tangan kreatif semua kami cipta dengan kualitas dan nuansa artistik yang mengagumkan.
Menyatu dengan alam mensinergikan dengan pikiran hingga terciptalah hasil terbaik anak negeri.
Semua kami hadirkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan anda.
Bergabunglah bersama kami dalam menciptakan kenyamanan hidup dengan nuansa kemewahan yang penuh keharmonisan.
semuanya dikerjakan secara rapi dan detail oleh ahlinya di berbagai bidang.
Dan.....................segera datang dan konsultasikan kebuntuan anda akan keteraturan ruang dalam hidup anda bersama keluarga
Tentunya .....hanya di KARYA JATI

Jumat, 12 November 2010

Gemuruh Terdengar di Klaten, 40 Km dari Merapi

Kulon Deso
Jakarta - Aktivitas Gunung Merapi belum menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Sampai malam ini bunyi gemuruh Merapi masih terus terdengar jelas di Klaten, Jateng.

"Sampai malam ini masih terus terdengar," ujar Arief, warga Dusun Gadingwetan, Desa Belangwetan, Klaten Utara, kepada detikcom, Minggu (7/11/2010) pukul 17.15 WIB. Tempat tinggal Arief sekitar 40 km dari puncak Merapi.

Meski terus terdengar, lanjut Arief, suara gemuruh menjelang sore tadi sudah sedikit menurun intervalnya. Hal ini sedikit berbeda dengan hari Sabtu (6/11).

"Kalau waktu Sabtu sore dan Minggu dini hari hari itu gemuruh tidak henti-henti mulai dari pukul 03.00 WIB sampai pagi," jelasnya.

Dusun Gadingwetan ini berjarak 40 km dari puncak Merapi. Dengan suara yang begitu jelas ini, Arief menyimpulkan, Merapi masih cukup membahayakan.

Suara gemuruh itu sempat membuat warga was-was. Apalagi dusun ini juga dijadikan tempat para warga asal Yogyakarta, Boyolali dan beberapa desa lainnya untuk mengungsi.

"Apalagi waktu Sabtu itu gemuruhnya sampai menimbulkan getaran. Tapi kita berdoa saja, Insya Allah desa ini masih cukup aman," katanya.

Sepanjang Minggu siang, Desa Gadingwetan sangat gelap. Sejak pagi hari, cahaya Matahari nyaris tidak terlihat.

"Dari pagi tadi gelap terus, tidak ada bedanya dengan malam. Padahal hujan abu sudah tidak ada lagi," ujarnya.


Sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/11/07/180307/1488743/10/gemuruh-terdengar-di-klaten-40-km-dari-merapi?nd991103605

Kamis, 11 November 2010

DIY - JATENG Berduka.......


Oktober-November ini adalah ujian bagi kita semua..................
Karya Jati Klaten beserta seluruh jajaranya mengucapkan turut berduka dengan adanya bencana "Merapi"

Selasa, 19 Oktober 2010

Banyak Jalan Menuju Roma

Daur ulang menjadi frasa yang makin penting di kehidupan manusia. Tak heran, kini berbagai daur ulang dilakukan. Tak hanya pada produk-produk kemasan, daur ulang juga terlihat pada industri furnitur. Penggunaan kayu bekas sudah menjadi hal yang biasa di kalangan konsumen.

Seiring maraknya pembangunan rumah, gedung perkantoran, pusat bisnis, apartemen, hotel dan sekolah, kebutuhan furnitur atau mebel juga terus bertambah. Tentu saja, tingginya permintaan furnitur ini berimbas pada makin banyaknya kebutuhan kayu.

Padahal, pasokan kayu untuk furnitur terus menyusut. Produksi kayu tak sebanding dengan tingginya permintaan. Selain itu, peningkatan permintaan itu mengakibatkan harga kayu makin mahal.

Hal itulah yang membangkitkan semangat para produsen furnitur untuk memanfaatkan kayu bekas. Salah satu kayu bekas yang bisa dipakai untuk bahan furnitur adalah kayu yang berasal dari bekas peti kemas. Asal tahu saja, bahan peti kemas ini biasanya berasal dari kayu yang sering disebut jati belanda.

Meski sama-sama kayu jati, jati belanda ini lebih ringan daripada kayu jati pada umumnya. Warnanya juga cenderung lebih cerah karena biasanya diproduksi dari pohon jati yang masih muda.

Namun, yang terpenting, harga kayu bekas ini lebih murah ketimbang kayu jati. Maklum, kayu jati belanda tak sekuat kayu jati biasa. Lantaran murah dan ringan, kayu jati belanda cocok untuk peti kemas.

Menurut Yuli Sanusi, pemilik Nugraha Furniture di Jakarta Timur, serat kayu pada kayu jati belanda lebih terlihat dibanding kayu jati menjadi kelebihan lainnya. Malah, mata kayu yang sering terlihat, bisa menjadi aksen khusus.

Para produsen furnitur dari kayu peti kemas ini biasanya mendapat pasokan bahan baku dari para pedagang kayu bekas di sekitar pelabuhan peti kemas. Yuli biasa mendapatkan pasokan bahan baku dari pedagang langganannya di sekitar Pulogadung dan lokasi gudang peti kemas lainnya.

Soal harga, cukup beragam, tergantung dari ukuran kayu. "Paling murah harganya Rp 1.000 per batang," kata Yuli. Maklum, lantaran barang bekas, tak ada standar ukuran seperti kayu produksi lainnya. Selain itu, kayu bekas peti kemas ini memiliki berbagai bentuk, dari mulai serpihan hingga papan-papan. Nah, harga
Rp 1.000 itu untuk kayu bekas peti kemas berbentuk papan dengan ukuran panjang 65 sentimeter (cm) dan lebar 8 cm.

Dalam setengah bulan ini saja, Yuli biasa menyediakan pasokan bahan baku kayu bekas ini hingga Rp 20 juta. Yuli memulai bisnis furnitur dari kayu peti kemas ini sejak 1998. Sampai saat ini, ia merasakan peningkatan permintaan yang cukup besar. "Dulu, mungkin orang belum familiar dengan kayu peti kemas ini. Jadi, penjualannya jauh berbeda dibandingkan dengan sekarang," kata Yuli.

Ia bilang, dari penjualan produk furnitur ini, bisa meraup omzet rata-rata Rp 75 juta per bulan. Nugraha Furniture memproduksi meja, kursi, lemari, tempat tidur hingga kitchen set. "Apa pun perkakas yang berbahan kayu, kami bisa membuatnya," ujarnya sambil berpromosi.

Selain menerima gambar rancangan dari para pelanggan, Yuli juga menyediakan contoh desain untuk para konsumen. Pelanggan furnitur kayu peti kemas Yuli sudah tersebar di Jabodetabek. "Bahkan, ada juga konsumen yang datang dari Bandung dan Tasikmalaya," ujarnya.

Kini, Yuli memiliki dua showroom yang masing-masing berlokasi di Kalimalang dan Jatiasih. Untuk mengerjakan pesanan, Nugraha Furniture memperkerjakan 11 tukang kayu dan 12 karyawan di bagian finishing untuk menghaluskan dan melapis warna furnitur.

Tak hanya di Jakarta, produsen mebel dari kayu peti kemas juga terdapat di Yogyakarta. Fajar Suryo Isworo, pemilik Equator Design Studio di Yogyakarta menyebut usahanya sebagai green design furniture dengan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). "Kami ingin mengurangi penebangan pohon," kata pria yang berusia 22 tahun ini.

Meski pernah menjadi negara dengan pohon yang melimpah, lanjut Fajar, Indonesia kini sudah masuk dalam Guinness Book World of Records sebagai salah satu deforester atau negara penghancur hutan terbesar di dunia.

Karena itu, arsitek lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini ingin lebih fokus pada produksi furnitur dengan memanfaatkan kayu-kayu bekas. "Selain kualitasnya yang bagus dan awet, kayu bekas peti kemas ini juga murah," kata Fajar.

Sebagai perbandingan, jika mebel berbahan kayu jati belanda ini harganya Rp 1 juta, bila dibuat dari kayu jati baru harganya bisa mencapai Rp 2 juta. Hampir dua kali lipat perbedaan harganya. Fajar mendapatkan pasokan kayu bekas ini dari berbagai pelabuhan peti kemas yang ada di Indonesia.

Berbeda dengan Yuli, Fajar bilang, minat konsumen yang menggunakan kayu bekas ini masih minim. "Pasalnya, citra bahan kayu bekas ini masih terlihat kurang di konsumen," ujarnya.

Padahal, imbuh Fajar, jika kayu bekas itu sudah dipoles menjadi furnitur, tampilannya tidak kalah menarik dengan mebel yang menggunakan kayu baru. Hanya, memang, jika dibandingkan dengan kayu multipleks melamin, variasi dari kayu jati belanda masih terbilang minim.

Selain itu, berbeda dengan melamin, kayu bekas kurang bagus bila dicat. Jadi, pewarnaan pada kayu jati belanda lebih menekankan pada warna-warna natural atau cat pernis saja.

Fajar mengatakan bisa mendapat omzet sekitar Rp 20 juta setiap bulan. "Perhitungan harga furnitur kayu bekas itu per meter lari. Harga satu meter lari Rp 1 juta," kata Fajar. Selain di Yogyakarta, Fajar juga membuka workshop pembuatan mebel kayu peti kemas ini di Tangerang.

Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/49396/Meraup-untung-dari-mebel-bekas-peti-kemas

Berburu Ajukan Project Proposal

Jakarta – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) lagi-lagi menyoroti anggaran pemerintah yang dinilai terlalu tinggi. Kali ini lembaga Kepresidenan yang dikritisi karena menghabiskan lebih dari 42 miliar hanya untuk pos anggaran baju baru Presiden dan furniture.

Dalam rilis yang diterima detikcom pagi ini, Kamis (23/9/2010), pada APBN 2010, Fitra menyebut total anggaran untuk Istana Presiden mencapai Rp 203,8 miliar. Sebagai contoh dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Negara Tahun 2010 disebutkan, Presiden akan membeli furniture untuk rumah jabatan senilai Rp 42 miliar dan Rp 60 miliar untuk renovasi gedung Setneg.

"Angka yang cukup tinggi ini karena SBY terlalu sibuk dengan urusan pencitraannya," ujar Kordinator Investigasi dan Advokasi Seknas FITRA Uchok Sky Khadafi kepada detikcom, Kamis (23/9/2010) pagi.

"Ruang rumah jabatan akan dipenuhi furniture yang mewah, dan tentu, anggaran
pembelian furniture, serta renovasi gedung Setneg ini sangat boros, dan tidak sentisif terhadap kehidupan masyarakat miskin," tambahnya.

Uchok juga mengkritik anggaran pengadaan pakaian dinas Presiden ke luar negeri yang mencapai Rp 893 juta per tahun. Di sisi lain, Presiden juga mebutuhkan biaya Rp 49 miliar untuk road blocker.

"Pengadaan road blocker sama seperti renovasi pagar halaman dan pengadaan security system di lingkungan Istana Negara sebesar Rp 22,55 miliar untuk tahun anggaran 2009, yaitu sama-sama mencedarai rasa keadilan rakyat atas anggaran."

Menurut Uchok, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya dengan secara sadar memangkas anggaran tersebut atas inisiatifnya sendiri. Fitra juga meminta Komisi II DPR berani memangkas anggara Presiden.

Berikut rincian penggunaan anggaran untuk Presiden sebagaimana disampaikan Fitra.

1. Membeli Baju Presiden Rp 839 juta

2. Membeli Furniture Rp 42 miliar

3. Renovasi Gedung Setneg Rp 60 miliar

4. Road Blocker Rp 49 miliar

5. Pengamanan fisik dan non fisik VVIP Presiden Rp 52 miliar

Jumlah Rp 203,8 miliar

Sumber seknas FITRA diolah dari DIPA Setneg 2010

(anw/anw)

http://www.detiknews.com/read/2010/0…iar?n991102605
Welcome to my blog
go to my homepage
Go to homepage